Selasa, 31 Agustus 2010

Ga Cuma Jalan Raya Yang Macet




Sore ini tepatnya pulang kantor saya harus dan kudu pergi ke ITC Depok untuk membeli bahan-bahan dapur yang mendadak habis, dan kebetulan bahan-bahan itu akan digunakan untuk keperluan masak sahur, kalau tidak begitu bisa dijabanin saya tidak akan berangkat menuju ke sana (sok logat Depok) terlintas dibenak saya “aduuuuhh..pasti macet,” belum-belum saya sudah mengeluh… rasanya berat banget… saya memang paling tidak suka ketempat-tempat yang ramai seperti Mall dan sejenisnya…


Ternyata prediksi saya salah, jalanan lancar, saya bisa sampai ITC Depok dengan wajah yang manis, biasanya kalau habis ngerasain macet wajah saya bisa berubah jadi asem..hehehe. alhasil semua bahan yang dibutuhkan sudah selesai saya beli dengan jalan seribu langkah karena tergesa-gesa saya ngacir keluar ITC, uupst… ternyata tidak bisa lewat jalan raya untuk menyebrang, “wah tumben nih, mungkin karena mendekati Idul Fitri makanya jalan-jalan mesti dan harus dipagar, menghindari macet… bagus-bagus kerja kepolisian Lalu Lintas Kota Depok, makin Ok aja ” dalam hati saya terus berguman sembari mencari jalan pulang, hah… kenapa harus dicari kan cuma ada satu jalan untuk nyebrang.. ”aduuuhh.. lola banget saya ini “ maklum sudah mendekati waktu berbuka puasa,, hehehe “padahal ga ngaruh juga seh, piss deh hari gini…” saya terus berguman karena ga ada lawan bicara.. (maaf jangan berfikir yang tidaj-tidak ya)

Yang pasti waktu mendekati jembatan, saya harus bengong untuk beberapa menit “masyallah… ini mau nyebrang apa mau ngantri sembako ya??”


Apa yang saya fikirkan ternyata bener juga, pasti kena macet,,, hehehe, iya kena macet di jembatan penyebrangan, kalau ada ibu-ibu hamil 9 bulan pasti sudah ingin melahirkan di sana “kemungkinan karena dipicu setres memuncak” hehehe… sekitar 20 menit saya berada di jembatan tersebut, beruntungnya sore ini matari sudah malu menampakkan wajahnya..alhamdulillah, tidak panas…saya fikir nikmati saja, karena saya juga jarang seperti ini, melihat ibu-ibu yang dari tadi mengeluh terus, sewaktu ibu itu menoleh kearahb saya, saya beri senyum aja… (itung-itung dapet pahala senyum di sore hari,,gegege) pas banget di depan ada anak banyi yang lucu, horeee… ada mainan ^^.


Inilah perjalanan sore yang menyenangkan…..

Sabtu, 07 Agustus 2010

Teori Harus menjadi Fakta..

Menyerahkan diri kepada Tuhan. Menjalani hidup hanya untuk-Nya, dengan mengandalkan bimbingan dan bantuan-Nya di semua bidang kehidupan. Itulah inti ikhlas, dengan ruh segala amal. Selain menjadi penentu diterima-tidaknya amal kita di sisi Allah, ikhlas sejatinya merupakan fitrah kita yang murni dan ilahi. Melatih hati yang ikhlas berarti kita mengakses sumber kebahagiaan dan kesuksesan kita sendiri.


Tapi, ikhlas seperti apa? Bagaimana caranya? Bukankah ikhlas sudah menjadi kata populer yang nyaris kehilangan makna sejatinya?


Sering sekali hal ini menjadi salah satu ujian bagi kehidupan saya pribadi, awalnya saya hanya bertekat bahwa kehidupan ini untuk apalagi jika tidak untuk Sholat, sabar dan ikhlas tidak menjadi penolong kita kelak…tentunya harus ada bumbu tambahan rasa semangat dan pantang menyerah meraih segala hal yang bermanfaat…


Sejuta makna ternyata Allah hadirkan semuanya dalam bentuk episode kehidupan yang berupa fakta, dahulu saya ingin sekali bisa bersekolah disalah satu Perguruan Tinggi yang saya idam-idamkan, Alhamdulillah berkat kegigihan saya dan keridhaanNya, saya diterima di sana, meski jauh menempuhnya dan perlu pengorbanan ekstra namun saya niatkan karena saya ikhlas dan ini semua hanya untuk orang-orang yang saya cintai (orangtua saya), namun ternyata ujian itu lebih bermakna dari pada kata-kata, Allah memberinya dalam bentuk ujian praktek yang sangat luar biasa, saat masih semester awal saya kebingungan mengikuti mata kuliah yang pengantarnya menggunakan bahasa Arab, maklum saya hanya lulusan SMA Negeri dan tidak memiliki basic bahasa Arab, jelas saya sangat syok, mengikuti kelas yang rata-rata 99 % adalah anak Presantren dan dari lahir sudah mahir berbahasa Arab..


saya juga sering sakit-sakitan karena terlalu lelah, hampir saya putus asa dan ingin mengikuti SPMB ulang di tahun berikutnya, setelah difikir-fikir ternyata ini semua bukan solusi apalagi sudah beranjak ke satu tahun belajar, meski nilai saya diawal semester tidak membanggakan namun saya hanya punya tekat dan usaha membenahi diri, saya mencoba rajin bertanya terhadap siapapun itu terutama kakak kelas yang sudah tahu sebagian besar karakter dosen-dosennya, saya juga tak mau menunda tugas-tugas, ketika pulang saya langsung beranjak ke perpus untuk pinjam buku dan langsung mengerjakannya, saya juga akhirnya menceburkan diri ke dalam organisasi yang menuntun saya untuk lebih mandiri menjadi mahasiswi, yang paling seru saya juga berteman dengan teman yang gila….hehehe, gila belajar, or gila nilai bagus maksudnya… dan semangatnya tinggi, jadi saya punya saingan berprestasi…alhasil semester demi semester saya lalui dan hasilnya selalu menyenangkan…rata-rata minimal dosen yang mengajar saya mengenal saya, nilai-nilai saya membuat hati riang (tetep meski nilai bahasa Arab saya tidak pernah membanggakan) saya anggap ini menjadi kelemahan saya, tapi dimata kuliah yang wajib saya akan usahakan supaya mendapat hasil yang maksimal..


apalagi sewaktu ingin menyelesaikan skripsi, saya benar-benar sudah curi strat dari teman-teman saya, hehehe…waktu masih semester 7 saya diam-diam mengumpulkan dan merancang kebutuhan yang saya perlukan untuk skripsi. Meski saya terlihat seperti orang kebakaran jengggot selalu shering sama dosen yang saya temui tapi saya sangat lega ternyata saya lulus tepat waktu bersama keempat teman saya yang berprestasi, kami hanya lulus berlima… setelah temen-teman yang lain mengetahui ini mereka langsung kalang kabut, saya hanya bias member semangat dan menjawab semua perntanyaan atau sheringan mereka…


saya merasa hati saya tidak sakit, ketika saya mendapatkan IPK yang memberikan senyum bulan purnama untuk orangtua saya, insyallah mereka puas dengan hasilnya….


Saya merasa perjuangan demi perjuangan justru menjadi nikmat tersendiri saat melaluinya, karena semuanya diraih dengan kerja nyata…


pada dasarnya saya memang tidak pandai, dan saya bahkan bisa dibilang sangat lemah dalam berbagai pekerjaan, justru itu saya harus mengawalinya dengan curi start terlebih dahulu, tentunya ikhlas yang tadinya hanya sekedar teori justru mendapat perhatian dari Allah dengan memberikan saya ujian-ujian yang lumayan…(hal ini sengaja saya minta dalam do’a) saya minta supaya setiap perbuatan yang saya lakukan diberikan fakta yang bias membuat saya lebih bisa memaknainya, tentunya bumbu sholat, ikhlas dan sabar harus saya pertahankan untuk menjadi resep rahasia kehidupan saya…

catatan ini semoga bisa bermanfaat dan ketika saya membacanya kembali bisa menjadi muhasabah diri…

Kamis, 05 Agustus 2010

Lukisan Sederhana..





Kebahagian…
Adalah hak bagi tiap insan,
namun kadang kala jalannya penuh dengan sejuta cara…
Kerap kali kita terlena, bahkan berlebihan…
dalam meraihnya...
Padahal Dia sebenarnya memberi apa yang kita butuhkan,
bukan apa yang kita inginkan..

Tapi, kita justru, menganggap Dia tidak adil,
atau kenapa Dia memberi jalan yang tak sesui tujuan kita…
Jika kita bisa menjadi sahabat hati yang sejati,
seharusnya kita harus lekas sadar,,,
dan menyadarkan hati…

Bahwa ada yang sering hinggap untuk menggoda kita,
agar mendapatkan masalah yang sama seperti yang dulu Adam perbuat,
hingga Dia,,,mengiqob Adam untuk turun ke Bumi…
ini akan terus terjadi hingga akhir zaman ini,
kita harus bisa melawannya dan jangan beri kesempatan,
meski hanya dengan isyarat hati…

Sadar atau tidak sadar,
tiap syair kehidupan kita sebenarnya mengandung hikmah…
tapi kadang kala kita terlalu cerdas untuk menyikapinya
sehingga satu hikmah pun tak dapat kita raih…
Bahkan baru sadar ketika tamparan mendarat pada kehidupan kita,
Sebenarnya si Cuma cubitan kecil,
tapi kita sering mendramatisirnya sehingga akhirnya terpuruk,
dan akhirnya melukis kehidupan dengan kepedihan,,,astagfirullah…

Muhasabah cinta, kadangkala tak cukup untuk kita,
dengan tambahan vitamin ikhlas dan sabar,,
juga kadangkala masih membuat kita merasa masih kurang,
memahami orang lain, mencoba memposisikan diri kita
agar menjadi dirinya, rasakan apa yang dirasakan,
ikut bahagia dengan kebahagian orang lain,
memanjatkan doa khusus,
lambat laun,,,,

memang butuh waktu, dan persiapan hati
untuk menerima hadiah terindah atau terpuruk sekalipun,
semua yang tadinya terasa berat,
jika memang dirimu punya tekat dan Dia berkehendak,
maka semuanya akan menjadi lukisan yang indah untuk dinikmati,
meskipun gambarnya abstrak,,,

tapi warna-warna pilihan
yang terpadu dari gerak tangan iman
yang tergores dikanfas,
dan bingkai kehidupan yang kita pilih dari bahan dan cat yang
berkwalitas, sederhana, dan tak nyentrik,,,
pasti akan menambah cantik lukisan kehidupan kita…

Minggu, 01 Agustus 2010

Catatan pagiku: Untukmu Yang Tersayang...





Setelah melaksanakan kewajiban...
Langsung kubuka pintu dan jendela kamar...
Ingin menyapa dan menghirup aura pagi yang indah...
Terdengar suara dari arah kejauhan...
"Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un (انّا للہ و انّا الیہ راجعون) ...."
Tersentak, respon bbibirku mengulangi lafal itu...
Ku pandang langit,,,warnanya putih...
bergradasi dengan pink dan biru muda...
Suara burung berkicau...cit..cuitt...cit..citt..
(sahut menyahut bergantian)

Desing laju Kreta dari arah yang hampir jauh dari rumah,,,
riuh suara mobil dan motor mengantarkan sejuta umat untuk beraktifitas...
Terus kupandang langit pagi ini..
Terbayang wajah seseorang nan jauh di sana...
Apa kabarmu pujaan hatiku...
Apa kabarmu Cintaku...
(weeeww..romantisnya...)

Tak berfikir panjang lagi,,kusambar Hanphon,,,
Terdenganr suara merdu yang selalu basah dengan doa-doanya untuku..
Suaranya indah sekali...
Seakan ingin terus ku dengar,,,
entah sampai kapan,,,

Terbayang kembali perjuanganya,
selama 24 tahun, membesarkanku meski jauh dari dekapannya,,,
Kini tubuhnya mulai renta,,,
bahkan kalau tersenyum pipinya kempot,,
manis sekali...
Kerutan di wajahnya mulai jelas...
Membuatku rindu untuk menciumnya...

Ya Izzati Rabbi...
Ku titipkan ia padaMu..
Jagalah ia dalam dekapanMu..
Naungilah ia cinta dan keberkahan atas sisa kehidupannya..
Berilah ia kekuatan, kesabaran dan ketabahan yang terbatas,,
dan tak terbatas,,,
agar ia merasakan nikmat dari fitrahMu..

Ia adalah kehidupanku,,,
Jika memang dapat kutukar dengan amal-amalku..
Maka tukarkanlah kehilafanya dengan amalku..
meski amalku tidak sebanyak umurnya..
Karena hanya itu yang dapat aku tawarkan,,,
sebagai pengganti atas cintanya padaku..

aku hanya minta satu,,,
Satukan kami kembali dalam kehidupan kekal yang Kau janjikan...

Pelajaran Hati

Sebut saja namanya HANIF, Dia adalah pemuda berumur 25 tahun yang sukses dengan kariernya..Seorang pemuda tampan, sholeh yang hampir diakhir zaman ini, menjadi dambaan bagi banyak wanita, karena statusnya, kesopanannya serta ia mudah bergaul dengan siapa saja (ini hanya ciri-ciri zahirnya). Sudah memiliki tempat tinggal sendiri, kendaraan pribadi, menjadi owner disebuah perusahaan eksport-import yang dirintisnya sejak setahun yang lalu,,HANIF adalah seorang anak tunggal pengusaha sukses berningrat dan memiliki status social yang terhormat di Negeri ini.

HANIF, hendak mencari pasangan hidup untuk menemaninya meniti jalan cinta di Dunia ini, meski sebelumnya beberapa kali diperkenalkan anak teman bisnis orangtuanya, HANIF sering menolak, sampai-sampai ibu HANIF berkata :

“Emang mau yang seperti apa to nang,,,kamu pacaran aja ndak pernah, bundamu ini mau kamu beri mantu dari mana??…lah temen-temen Ayahmu itu wanita baik-baik, cantik, berpendidikan tinggi dan berasal dari keluarga yang berstatus social tinggi” (dengan logat jawa keraton)

HANIF hanya tersenyum dengan rasa hormat pada ibunya dan berkata : “bun,,,mereka tidak sesuai selera HANIF,,,kelak jika sudah ada, HANIF akan perkenalkan pada bunda ya..”

Keinginannya ini telah didengar dan dipahami Murabbi HANIF, Akhirnya 2 minggu kemudian telah dihadirkan, pasangan yang dinanti-nanti, akhwat sholehah, seorang Dokter Kandungan disalah satu RS swasta. Jebolan universitas Negeri ternama di Depok, Indonesia, namanya ANTI yang sudah berumur 27 tahun…meski parasnya tak begitu cantik, namun keanggunannya terlihat karena ketaatannya menutup aurat dengan rapi, seorang aktifis mudi yang berpotensi sebagai Pengaman Pandu Wanita,,,ANTI berasal dari keluarga yang sederhana, anak dari 3 bersaudara dan Ayahnya sudah mininggal 5 tahun yang lalu, ibunya seorang pedagang Nasi Pecel di Pasar Agung Depok 2 Timur…dengan usaha ibunya ini ANTI bisa sekolah hingga menjadi Dokter.

Prosespun berjalan selama tiga minggu, kedua pihak saling teguh dan berniat untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan…Dengan berbagai pertimbangan,,,,meski awalnya keluarga HANIF tidak berkehendak terutama bunda HANIF yang sangat mementingkan kedudukan semata, namun dengan negoisasi HANIF, akhirnya kedua orangtua HANIF meridhainya…

Saat proses di keluarga HANIF, semua lancar dan baik-baik saja…
Saat proses di keluarga ANTI, semua lancar dan baik-baik saja…
Saat proses di keluarga besar HANIF, semua lancar dan baik-baik saja..
Saat proses di keluarga besar ANTI, semua lancar dan baik-baik saja…

Pernikahanpun telah dijadwalkan, undangan sudah disebar keberbagai saudara dan rekan-rekan, semua persiapan walimatul ursy 99% telah siap….Insyallah besok adalah Akad Nikah HANIF dan ANTI..

Malam itu, ANTI harus bertugas di RS nya bekerja, karena mendadak ada pasien yang membutuhkan pertolongannya, sebelumnya memang sudah ada cuti, namun karena kelima dokter lain yang bertugas di RS itu ternyata bertugas diluar Kota. Jadi hanya ANTI yang harus menanganinya…

Hingga pukul 21:30 WIB
ANTI akhirnya menyelesaikan tugasnya dengan lancar, ia pun bergegas hendak pulang…hari ini ANTI tidak bisa membawa motornya karena harus masuk bengkel, terpaksa iapun naik TAKSI yang sudah berparkir didepan RS tempatnya bekerja…

Dalam perjalanan, ANTI harus mendadak terbangun dari dzikir al Ma’tsyuratnya..
Disamping kanan dan didepan TAKSI yang dikendarainya terdapat beberapa segrobolan preman yang sedang mabuk, ternyata sopir TAKSI sudah bersekongkol dengan preman-preman itu…tas milik ANTI diambil paksa, tak sempat ANTI mengeluarkan jurus TIFAN yang dipelajarinya, salah seorang dari preman itu membekap ANTI dari belakang, ANTI tiba-tiba tak sadarkan diri karena pengaruh obat bius.,,,

Esok harinya, tepat Pukul 05:30 WIB ANTI telah berbaring di ruang RS tempatnya bekerja, dengan kondisi yang memperhatinkan, dia menjadi korban atas kebiadaban preman yang tak bertuhan…

Keadaan ini membuat Ibu ANTI terpukul, Orangtua HANIF lantas menghentikan proses dengan kekeluargaan,,,,hari ini seharusnya adalah hari mereka melangsungkan akad itu,,,

ANTI hanya bisa terdiam dan terus berdzikir al Ma’tsurat, dengan genangan air mata yang tak kunjung habis berderai…

HANIF ditemani kedua orangtuanya menemui ANTI yang masih berbaring di ruang RS, Belum sempat HANIF berbicara, ANTI terlebih dahulu berkata, “Maaf, saya tidak pantas lagi karena telah lalai menjaga amanahNya…(dengan suara tegas namun bergetar, dengan tundukan pasinya).

Sejenak menjadi sepi,,,,,hening,,,,dan akhirnya HANIF menjawab perkataan ANTI, “Demi Dzat yang Maha Rahman Rahim jika diizinkan saya akan tetap melaksanakan akad yang sudah kita rencanakan sebelumnya, saya adalah hamba yang fakir, dan dengan niat awal ingin dan sudah mantap menjadi pemimpin ANTI”

Kedua orangtua HANIF pucat pasi, mereka tersentak dan Ayah HANIF berkata: “jika ini pilihanmu nak, kami tidak bisa menerima kamu dirumah lagi”

HANIF semakin pucat pasi, yang ada dalam fikirannya adalah ridha orangtua adalah Ridha Allah, namun disisi lain dia memiliki tekat karena ketaatannya kepada Allah…ingin tetap memilih ANTI karena tidak ada cacat dalam agamanya…

Allah maha RAHMAN dan RAHIM,,,,Memiliki kehendakNya yang ditautkan dari hati-hati hambanya yang hanif, teguh, dan mempunyai niat bersih dalam melangkah menuju cita-citanya…

“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.” (Asy-Syura:20)

Oleh : Sulis Syakhsiyah Annisa

Sudah Mengisi Lembar Yang Keberapa..

Jika kita mengibaratakan kehidupan yang kita lalui adalah satu buku yang kosong, putih, dan punya halaman yang banyak…

Sesuai dengan jalannya waktu, buku itu lembar demi lembar terisi oleh coret-coretan syair aktifitas kita, dari malam menjelang pagi, siang menjelang sore dan seterusnya…

Dalam tiap lembaran itu ada catatan dan warnanya sendiri-sendiri, berapa lembar yang sudah kita habiskan?
Mari kita lihat kembali,
apakah gambar dan peristiwa yang ada disana
memiliki warna yang berhikmah dan indah
atau malah memiliki warna yang buram dan kusut?

Bagaimana catatatanya?
Tiap kita buka lagi, apakah bisa menjadikan kita bermuhasabah..
Atau malah menjadikan kita ingin mencobanya lagi,
karena nikmatnya Dunia ini, tak akan ada diakhirat kelak..
mmm…seharusnya mau memilih nikmat Dunia atau akhirat?
Itu pilihan kita??

Lalu mari kita fikirkan berapa banyak lagi lembaran yang masih tersisa,
apa yang akan kita goreskan,
apakah goreskan itu sudah kita fikirkan saat ini?

Jawabanya simple:
Saat kita mulai memikirkan dan merancangnya
dengan usaha atau hanya sekedar cita,
Pangkalnya kita tidak akan tahu…

Rasulullah saw, pernah memegang pundak Abdullah bin Umar…
Lalu bersabda: “Jadilah engkau di Dunia ini seakan-akan
sebagai orang asing atau pengembara. Jika engkau hidup
hingga waktu sore, janganlah menunggu pagi dan jika engkau
hidup hingga waktu pagi, jangan menunggu sore”

yang dapat kita katakan ketika masih memiliki sisa lembar kertas itu,,,
“Semoga apa yang masih tersisa
dan masih diamanahkan kepada kita,
memiliki keberkahan dan ridhaNya”

(Muhasabah menuju lembar berikutnya)