Sabtu, 07 Agustus 2010

Teori Harus menjadi Fakta..

Menyerahkan diri kepada Tuhan. Menjalani hidup hanya untuk-Nya, dengan mengandalkan bimbingan dan bantuan-Nya di semua bidang kehidupan. Itulah inti ikhlas, dengan ruh segala amal. Selain menjadi penentu diterima-tidaknya amal kita di sisi Allah, ikhlas sejatinya merupakan fitrah kita yang murni dan ilahi. Melatih hati yang ikhlas berarti kita mengakses sumber kebahagiaan dan kesuksesan kita sendiri.


Tapi, ikhlas seperti apa? Bagaimana caranya? Bukankah ikhlas sudah menjadi kata populer yang nyaris kehilangan makna sejatinya?


Sering sekali hal ini menjadi salah satu ujian bagi kehidupan saya pribadi, awalnya saya hanya bertekat bahwa kehidupan ini untuk apalagi jika tidak untuk Sholat, sabar dan ikhlas tidak menjadi penolong kita kelak…tentunya harus ada bumbu tambahan rasa semangat dan pantang menyerah meraih segala hal yang bermanfaat…


Sejuta makna ternyata Allah hadirkan semuanya dalam bentuk episode kehidupan yang berupa fakta, dahulu saya ingin sekali bisa bersekolah disalah satu Perguruan Tinggi yang saya idam-idamkan, Alhamdulillah berkat kegigihan saya dan keridhaanNya, saya diterima di sana, meski jauh menempuhnya dan perlu pengorbanan ekstra namun saya niatkan karena saya ikhlas dan ini semua hanya untuk orang-orang yang saya cintai (orangtua saya), namun ternyata ujian itu lebih bermakna dari pada kata-kata, Allah memberinya dalam bentuk ujian praktek yang sangat luar biasa, saat masih semester awal saya kebingungan mengikuti mata kuliah yang pengantarnya menggunakan bahasa Arab, maklum saya hanya lulusan SMA Negeri dan tidak memiliki basic bahasa Arab, jelas saya sangat syok, mengikuti kelas yang rata-rata 99 % adalah anak Presantren dan dari lahir sudah mahir berbahasa Arab..


saya juga sering sakit-sakitan karena terlalu lelah, hampir saya putus asa dan ingin mengikuti SPMB ulang di tahun berikutnya, setelah difikir-fikir ternyata ini semua bukan solusi apalagi sudah beranjak ke satu tahun belajar, meski nilai saya diawal semester tidak membanggakan namun saya hanya punya tekat dan usaha membenahi diri, saya mencoba rajin bertanya terhadap siapapun itu terutama kakak kelas yang sudah tahu sebagian besar karakter dosen-dosennya, saya juga tak mau menunda tugas-tugas, ketika pulang saya langsung beranjak ke perpus untuk pinjam buku dan langsung mengerjakannya, saya juga akhirnya menceburkan diri ke dalam organisasi yang menuntun saya untuk lebih mandiri menjadi mahasiswi, yang paling seru saya juga berteman dengan teman yang gila….hehehe, gila belajar, or gila nilai bagus maksudnya… dan semangatnya tinggi, jadi saya punya saingan berprestasi…alhasil semester demi semester saya lalui dan hasilnya selalu menyenangkan…rata-rata minimal dosen yang mengajar saya mengenal saya, nilai-nilai saya membuat hati riang (tetep meski nilai bahasa Arab saya tidak pernah membanggakan) saya anggap ini menjadi kelemahan saya, tapi dimata kuliah yang wajib saya akan usahakan supaya mendapat hasil yang maksimal..


apalagi sewaktu ingin menyelesaikan skripsi, saya benar-benar sudah curi strat dari teman-teman saya, hehehe…waktu masih semester 7 saya diam-diam mengumpulkan dan merancang kebutuhan yang saya perlukan untuk skripsi. Meski saya terlihat seperti orang kebakaran jengggot selalu shering sama dosen yang saya temui tapi saya sangat lega ternyata saya lulus tepat waktu bersama keempat teman saya yang berprestasi, kami hanya lulus berlima… setelah temen-teman yang lain mengetahui ini mereka langsung kalang kabut, saya hanya bias member semangat dan menjawab semua perntanyaan atau sheringan mereka…


saya merasa hati saya tidak sakit, ketika saya mendapatkan IPK yang memberikan senyum bulan purnama untuk orangtua saya, insyallah mereka puas dengan hasilnya….


Saya merasa perjuangan demi perjuangan justru menjadi nikmat tersendiri saat melaluinya, karena semuanya diraih dengan kerja nyata…


pada dasarnya saya memang tidak pandai, dan saya bahkan bisa dibilang sangat lemah dalam berbagai pekerjaan, justru itu saya harus mengawalinya dengan curi start terlebih dahulu, tentunya ikhlas yang tadinya hanya sekedar teori justru mendapat perhatian dari Allah dengan memberikan saya ujian-ujian yang lumayan…(hal ini sengaja saya minta dalam do’a) saya minta supaya setiap perbuatan yang saya lakukan diberikan fakta yang bias membuat saya lebih bisa memaknainya, tentunya bumbu sholat, ikhlas dan sabar harus saya pertahankan untuk menjadi resep rahasia kehidupan saya…

catatan ini semoga bisa bermanfaat dan ketika saya membacanya kembali bisa menjadi muhasabah diri…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar